KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNYAlah
sehingga kami dari kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah ini tak lupa juga
salam dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW semoga akan tetap tercurahkan kepada
sang perengguk madu-madu asmara, yang dicintai sang Maha pecinta, semoga
pancaran kesucian cintanya selalu menyelimuti kehidupan semesta ini sampai
akhir zaman
Adapun
judul makalah kami yakni “SEJARAH KHALIFA ABU BAKAR AS SIDDIQ RADIALLAHU
ANNHU”.Dalam penulisan makalah ini kami sedikit mendapat kesulitan namun
karena kekompakan dari teman-teman sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Muda-mudahan dapat bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi untuk kedepannya.
Kami
sadar bahwa makalah yang kami susun jauh dari kesempurnaan bahkan masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini
Akhirnya
penyusun mengucapkan banyak terimah
kasih kepada Bapak dosen dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik
dalam penyusunan maupun dalam penulisan makalah ini.
*****TERIMAH KASIH*****
Polewali, 31 Oktober 2011
Penyusun
BAB 1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
rentang waktu penyebaran agama Islam pada masa Rasul sampai masa Khulafa’
Ar-Rasyidun menyisakan banyak sekali kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Perjuangan Rasul menyi’arkan agama Islam dengan cara diam-diam serta
terang-terangan pada masyarakat Arab yang mengakibatkan banyaknya cemoohan pada
diri beliau, kemudian Hijrahnya kaum muslimin dari Makkah ke Madinah, sampai
wafatnya Rasul yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabat empat yakni Abu
Bakar, Umar, Utsman, serta Ali terlihat banyak hal yang dapat kita ambil
nilai-nilai positif darinya.
Diantaranya adalah
nilai potif dari aspek pendidikan Islam yang diajarkan oleh beliau. Begitu
luasnya nilai-nilai itu, sehingga membutuhkan penafsiran kita dari sejarah yang
ada untuk menggali nilai-nilai pendidikan itu.
Oleh karena itu,
dalam makalah ini sedikit banyak akan menggali nilai-nilai pendidikan Islam
pada masa Khulafa’ Ar-Rasyidun, khususnya pada masa Abu Bakar As Siddiq
Radiallahu annhu.
B. Rumusan
Masalah
1. Siapa Abu Bakar
ash-Siddiq itu dan bagaimana sejarah ke khalifaan Abu Bakar Ash-
Siddiq?
2.
Apa peran dan fungsi Abu Bakar ash-Siddiq?
3.
Problem apa yang di hadapi Abu Bakar ash-Siddiq?
4.
Bagaimana proses-proses kebijakan pada kepemimpinan Abu Bakar ash-Siddiq?
5.
Apa saja faktor-faktor keberhasilan di masa Abu Bakar ash-Siddiq?
6.
Apa rekonstruksi di dalam pendidikan kekinian?
BAB II
A. Dasar Ayat
Allah telah mempersaksikan persahabatan
Rasulullah dengan Abu Bakar dalam Al-Qur`an, yaitu dalam firman-Nya : “…sedang
dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia
berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40)
`Aisyah, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam
menafsirkan ayat ini mengatakan : “Abu Bakar-lah yang mengiringi Nabi dalam gua
tersebut.”Allah juga berfirman : “Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya,
mereka itulah orangorang yang bertakwa.” (az-Zumar : 33)Al-Imam adz-Dzahabi
setelah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir, beliau meriwayatkan
bahwa Ja`far Shadiq berujar :”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang
datang dengan membawa kebenaran adalah Rasulullah, sedangkan yang
membenarkannya adalah Abu Bakar. Masih adakah keistimeaan yang melebihi
keistimeaannya di tengah-tengah para Shahabat?”
“Sesungguhnya
Allah telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya, sebagaimana Dia menjadikan
Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan kalau saja aku mengambil dari umatku sebagai
kekasih, akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa`id radhiyallahu` anhu, bahwa
Rasulullah duduk di mimbar, lalu bersabda :”Sesungguhnya ada seorang hamba yang
diberi pilihan oleh Allah, antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di
sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya” lalu Abu bakar menangis
dan menangis, lalu berkata :”ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu” Abu Sa`id
berkata : “yang dimaksud hamba tersebut adalah Rasulullah, dan Abu Bakar adalah
orang yang paling tahu diantara kami” Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya orang
yang paling banyak memberikan perlindungan kepadaku dengan harta dan
persahabatannya adalah Abu Bakar. Andaikan aku boleh mengambil seorang kekasih
(dalam riwayat lain ada tambahan : “selain rabb-ku”), niscaya aku akan
mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini adalah persaudaraan dalam
Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup, melainkan
hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah
telah mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata `kamu adalah
pendusta’. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku). Dia telah membantuku
dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan aku (dengan
meninggalkan) shahabatku?” Rasulullah mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu
Abu bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin). (HR.
Bukhari)
B.
Pembahasan Kisah
1.
dan
kepribadian abu bakar sebelum masuk islam
Abu Bakar Ash-Siddiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin
Ustman bin Amr bin Masud Taim bin Murrah bin ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin
Fihr At-Taiman Al-Quraisy ). Dilahirkan pada tahun 573 M. Ayahnya bernama
Ustman (Abu Kuhafah) bin Amir bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin Ka’ab
bin Lu’ay, yang mana berasal dari suku Quraisy. Sedangkan ibunya bernama
Ummu Al-Khair Salamah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis
keturunannya ketemu pada neneknya, yaitu Ka’ab bin Sa’ad.[i] Dimasa jahiliyyah
barnama Abdul Ka’ab, lalu ditukar oleh nabi menjadi Abdullah Kuniyyahnya Abu
Bakar. Beliau diberi kuniyah Abu Bakar (pemagi) kerena dipagi-pagi betul beliau
telah masuk Islam. Gelarnya Ash-Siddiq (yang membenarkan). Beliau di beri gelar
ash-siddiq karena amat segera membenarkan rasul dalam berbagai macam peristiwa,
terutama peristiwa Isra’ Mi’raj.
Perihal perawakan Abu bakar, menurut
riwayat putrinya,Siti Aisya (Ummul Mukminin) bahwa kulitnya putih, badannya
kurus, pipinya tipis, mukanya kurus, matanya cekung, dan keningnya menjorok ke
depan. Perihal ahlaknya, menurut Ibnu Hisyam beliau terkenal sebagai seorang
pemurah, ramah,pandai bergaul dan suka menolong.
Abu Bakar merupakan orang yang peretama masuk Islam ketika Islam mulai
didakwahkan. Baginya, tidakalah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh
nabi Muhammad SAW. Dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan nabi
Muhammad SAW. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumbuhkan segenap
jiwa dan harta bendanya untuk Islam. Tercatat dalam sejarah, dia pernah membela
nabi tatkala nabi disakiti oleh suku Quraisy, menemani Rasul hijrah, membantu
kaum yang lemah dan memerdekakannya , seperti Bilal, setia dalam setiap
peperanngan, dan lain-lain.
Abu Bakar juga mempunyai sifat sabar, berani, tegas, dan
bijaksana. Karena kesabarannya banyak sahabat masuk Islam karena ajakannya,
seperti: Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin
Abi Waqas, Zubair bin Awwam, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah bin Mas'ud, dan
Arqom bin Abil Arqom.
Pada
saat pertempuran di Ajnadain negeri syam berlangsung, khalifah Abu Bakar
menderita sakit. sebelum wafat, beliau telah berwasiat kepada para sahabatnya,
bahwa khalifah pengganti setelah dirinya adalah umar bin Khattab. hal ini
dilakukan guna menghindari perpecahan diantara kaum muslimin.
Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah untuk menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam bahwa Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar. piagam penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat.Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M),khalifah Abu Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.
Beberapa saat setelah Abu Bakar wafat, para sahabat langsung mengadakan musyawarah untuk menentukan khakifah selanjutnya. telah disepakati dengan bulat oleh umat Islam bahwa Umar bin Khattab yang menjabat sebagai khalifah kedua setelah Abu Bakar. piagam penetapan itu ditulis sendiri oleh Abu Bakar sebelum wafat.Setelah pemerintahan 2 tahun 3 bulan 10 hari (11 – 13 / 632 – 634 M),khalifah Abu Bakar wafat pada tanggal 21 jumadil Akhir tahun 13 H / 22 Agustus 634 Masehi.
2. Peran Dan Fungsi Abu Bakar Sebagai Khalifah (proses peralihan
kepemimpingan)
Berita wafatnya rasulullah menggemparkan
umat islam. Sebagian mereka tidak mempercayai berita itu, kere dalam shalat
subuh sebelum itu, bekiau hadir di masjid. Berita itu dianggap desas-desus
untuk mengacaukan kaum muslimin. Umar bin Khattab sendiri termasuk orang yang
tidak mempercayainya.Sesudah mendengar berita itu, Abu Bakar langsung masuk
kerumah rasulullah dan menyaksikan rasulullah telah terbujur ditunggui oleh
Aisyah, Ali bin Abi Thalib serta beberapa orang kerabat dekat beliau, ucapan
Abu Bakar ketika melihat jenazah rasulullah, "Alangkah baiknya anda hidup
dan alangkah baiknya pula ketika anda wafat", Abu Bakar dibai'at sebagai
khalifah pertama pada tahun 11 H atau 632 M.Sepak terjang pola pemerintahan Abu
Bakar dapat dipahami dari pidato Abu Bakar ketika dia diangkat menjadi
Khalifah. Isi pidatonya sebagai berikut:
“Wahai manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan,
padahal aku bukan orang yang terbaik diantara kamu. Apabila aku melaksanakan
tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah, luruskan aku. Kebenaran
adalah suatu kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu penghianatan. Orang yang
lemah diantara kamu adalah orang yang kuat bagiku sampai aku memenuhi
hak-haknya, dan orang kuat diantara kamu adalah lemah bagiku hingga aku
mengambil haknya, Insya Allah. Jagnganlah salah seorang dari kamu meninggalkan
jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah akan
menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Jika aku tidak mentaati Allah dan Rasulnya, sekali-kali
janganlah kamu mentaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu.”
Pidatonya
diatas, menunjukkan garis besar politik kebijaksanaan Abu Bakar dalam
pemerintahan. Didalamya terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan
ketaatan rakyat, mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berjihad, serta
shalat sebagai intisari takwa.
3. Problem Yang di Hadapi Abu Bakar Ash-Siddiq
Sebagaimana kita
ketahui bersama, bahwa Islam mulai tersiar sesudah kesepakatan al-Hudaibiyah.
Jadi enam tahun setelah peristiwa hijrahnya Nabi, yakni setelah Hawazin dan
Tsaqif dapat dikalahkan, mulailah delegasi berdatangan mengahadap Rasulullah
untuk menyatakan keIslaman mereka. Peristiwa ini terjadi pada tahun kesembilan
Hijriyah.
Fakta diatas dapat memberikan
kesimpulan bahwa pada saat nabi wafat, agama Islam belum masuk mendalam pada
penduduk Arab. Diantara mereka ada yang menyatakan masuk Islam tetapi belum
mempelajari ajaran Islam.Adapula yang hanya untuk menghindari peperangan dengan
kaum muslimin, ada pula karena ingin mendaptkan barang rampasan atau kedudukan.
Sehingga setelah nabi wafat bagi orang-orang yang demikian dan yang lemah
imannya,menjadi kesempatan untuk menyatakan terus terang apa yang tersembunyi
dalam hati mereka, lalu murtadlah mereka.
Demikian juga pada
sisi sukuisme orang Arab yang bergitu kental. Islam datang dicanagkan supaya
orang hidup dalam satu keluarga besar , yakni keluarga Islam. Banyak orang Arab
malihat bahwa agama Islam telah menjadikan suku Quraisy diatas suku-suku yang
lain. Hal tersebut terindikasi dari bahwa suku Quraisy tetap mempertahankan
kekuasaan itu, bertambah kuatlah gerakan untuk melepaskan diri dari Islam dan
tampillah diantara suku-suku bangsa Arab orang yang mengaku dirinya Nabi.
Diantara orang-orang yang mengaku dirinya Nabi ialah: Musailimatul Kazzab dari
Bani Hanifah, Al-Aswad al-Ansi’, Thulaihah ibnu Khuwailid dari Bani Asad.
Adapula golongan yang
salah menafsirkan sejumlah ayat Al-Quran atau salah memahaminya. Diantaranya
salah memahami QS. At-Taubah 103 :
“Ambillah sedekah
daripada harta mereka, buat pembersihkannyapenghapuskan kesalahannya.”
(At-Taubah 103)
QS al-Mi’raj 24-25:
“Dan orang-orang
yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, Bagi orang (miskin) yang meminta
dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). (QS.
Al-Mi’raj 24-25)
Meraka mengira bahwa
hanya Nabi Muhammad sajalah yang berhak memungut zakat, karena beliaulah yang
disuruh mengambil zakat pada ayat tersebut.
Maka pada situsai
yang demikian Abu Bakar dan sahabat bermusyawarah dengan para sahabat dan kaum
muslimin untuk menentukan tindakan apa yang harus diambil untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan ini.
Diantara kaum
muslimin ada yang berpendapat bahwa tidak akan memerangi bangsa arab
seluruhnya, dan ada pula yang berpendapat bahwa tidak ada suatu alasan untuk
memerangi orang yang tidak mau membayar zakat selama mereka masih tetap dalam
keimanannya (masih percaya kepada Allah, Rasul dan lain-lain).
Dalam keadaan yang
sulit inilah dituntut kebesaran jiwa dan ketabahan hati Abu Bakar serta
ketegasannya sebagai pemimpin. Dengan tegas dinyatakannya bahwa beliau akan
memerangi semua golongan yang menyeleweng dari kebenaran, biar yang murtad,
yang mengaku menjadi nabi ataupun yang tidak mau membayar zakat, sampai
semuanya kembali pada kebenaran atau beliau gugur sebagai syahid dalam
memperjuangkan agama Allah. Yang pada akhirnya Abu Bakar menyerukan kepada kaum
muslim untuk kembali kepada Ajaran Islam yang benar, bagi orang-orang yang
tetap berpegang teguh dengan kesesatannya diperangi.
Setelah semuanya
selesai, tanah Arab pun bersatu kembali dan bertambah kuatlah berpegangan
kepada ajaran Allah.
Pada saat bergolaknya
masyarakat arab, harapan bangsa Persia dan Romawi untuk menghancurkan agama
Islam hidup kembali. Bangsa Romawi dan Persia menyokong pergolakan ini, serta
melindungi orang-orang yang mengadakan pemberontakan itu.[vii] Oleh karena itu,
setelah tanah arab kembali – bersiplah kaum muslimin berangkat keutara guna
menghadapi dua musuh besar yang sedang menunggu waktu yang baik untuk
menghancurkan Islam.
4. Langkah-langkah
kebijakan Abu Bakar
Sebelum rasulullah wafat, beliau telah
menyiapkan sepasukan tentara di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. tetapi sebelum
tentara Usamah jadi berangkat beliau telah wafat. sebagian sahabat ada yang
mengusulkan kepada Abu Bakar agar beliau membatalkan pasukan tentara usamah
yang diperintahkan rasulullah itu dan dikirim saja untuk memerangi orang-orang
yang murtad.Oleh karena itu beliau menjawab "Demi Allah" saya tidak
akan menurunakan bendera yang telah dipasang oleh rasulullah. disamping itu
sebagian sahabat ada yang mengusulkan agar melepas usamah dari jabatannya itu kepada
orang lain yang lebih tua dari padanya. Abu Bakar sangat marah mendengar berita
itu lalu berkata "saya tidak akan menurunkan diakarena rasulullah SAW
sudah mengangkat dia sebagai tentara.Maka berangkatlah tentara itu menyerang
benteng musuh serta membawa harta rampasan dan kembali ke Madinah dengan
kemenangan.Di antara pesan-pesan Abu Bakar kepada para prajurit yang berperang
dan benar-benar bijaksana itu: "jangan kamu khianat, janganlah kamu
durhaka, janganlah kamu aniaya, janganlah membunuh anak-anak kecil dan orang
tua. jangan ,erusak pohon yang berbuah, membunuh binatang kambing,unta,dan
lembu kecuali dimakan dagingnya. "Setelah rasulullah wafat, muncullah
kesulitan-kesulitan yang dihadapi umat islam dibawah pimpinan Abu Bakar,
diantaranya yang terpenting adalah menghadapi orang-orang yang mengaku nabi,
menghadapi orang-orang murtad, dan orang-orang yang membangkang tidak mau
membayar pajak.
a. Menumpas nabi palsu
Ada empat orang yang menamakan dirinya
sebagai nabi. padahal islam mengajarkan bahwa Nabi muhammad SAW adalah nabi
akhiruzzaman. keempat yang mengaku nabi itu adalah nabi palasu. yaitu
Musailamah Al kazab dari bani hanifah di yamamah, Sajah tamimiyah dari bani
tamim, Al aswad Al Anshi dari yaman dan tulaihah bin khuwailid dari bania saddi
Nejed.Adanya nabi-nabi palsu itu pasti membahayakan kehidupan agama dan negara
islam. khalifah Abu Bakar menugaskan pasukan islam untuk menumpas mereka dan
pengikut-pengikutnya, penumpasan itu 'berhasil dengan gemilang dibawah pimpinan
panglima Khalid bin Walid. Musailamah dibunuh oleh Washy, Al Aswad dibunuh oleh
istrinya sendiri, Tulaihah dan Sajad lari dan menyembunyikan diri.
b.
Memberantas
kaum murtad
Berita wafatnya rasulullah SAW, berakibat
menggoyahkan iman bagi orang-orang islam yang masih tipis imannya, banyak orang
menyatakan dirinya keluar dari Islam (murtad). tidak mau shalat dan tidak lagi
membayar zakat. bahkan ada sementara daerah-daerah memisahkan dari dengan
pemerintahan pusat di madinah, sedangkan daerah-daerah yang masih setia adalah
Madinah, Mekah dan thaif.Abu Bakar berunding dengan para sahabat yang lain
dalam menghadapi para kaum murtad itu. mereka sepakat menyeru agar bertaubat,
jika tidak mau sadar, mereka akan dihadapi dengan menggunakan kekerasan. Tetapi
usaha lemah lembut dari pemerintahan Islam di Madinah itu mereka abaikan, kaum
murtad didukung oleh kekuatan besar kurang lebih 40.000 orang. muslimin
menghadapi mereka dengan pasukan yang besar pula, Abu Bakar mengirim ekspedisi
dibawah pimpinan Ikhrimah bin Abu Jahal, Syurahbil bin Hasnah, Amru bin Ash,
dan khalid bin Walid. Tindakan tegas kaum muslimiin itu dapat melumpuhkan
kekuatan kaum murtad,! sehingga mereka kembali mentaati perintah syariat
Islam.Abu Bakar berhasil dalam usaha ini, sehingga wilayah Islam utuh kembali.
c.
Menghadapi
kaum yang ingkar zakat
Banyak diantara kaum muslimin yang
pemahaman mereka, terhadap hukum Islam belum mendalam dan imannya masih tipis,
mereka beanggapan bahwa kewajiban berzakat hanya semata-mata untuk nabi. karena
nabi telah wafat, maka bebaslah mereka dari kewajiban untuk berzakat.padahal
zakat adalah salah satu rukun Islam yang harus ditegakkan.Abu Bakar
bermusyawarah dengan para sahabat menghadapi kaum ingkar zakat itu. meskipun
keputusan musyawarah itu tidak bulat, Abu Bakar tetap teguh pada pendiriannya
bahwa kewajiban zakat harus dilaksanakan. mereka yang membangkang harus
diperangi. Sebelum pasukan muslimin dikerahkan, Abu Bakar terlebih dahulu
mengirimkan surat kepada pembangkang agar kembali ke Islam. namun sebagian
besar mereka tetap bersikeras, karena itu pasukan muslimin pun dikerahkan dan
dalam waktu yang relatif singkat pasukan Abu Bakar telah berhasil dengan
gemilang.Dengan berhasilnya kaum muslimin ini, keadaan negara Arab kembali
tenang, dan suasana umat Islam pun kembali damai.seluruh kabilah taat kembali
membayar zakat sebagaimana pada masa rasulullah SAW.
d.
Mengumpulkan
ayat-ayat Al-Qu'an
Akibat peperangan yang sering dialami oleh
kaum muslimin, banyak penghafal Al-Qur'an (huffadz) yang gugur sebagai syuhada
dalam pertempuran. Jumlahnya tidak kurang dari 70 orang sahabat.Hal ini
menimbulkan kekhawatiran dikalangan umat Islam serta kecemasan dihati Umar bin
Khattab akan kehilangan ayat suci Al-Qur'an itu. Maka dinasehatkan kepada Abu
Bakar agar ayat-ayt Qur'an dikumpulkan.Atas saran-saran dari Umar bin Khattab
pada awal 13 H Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan
ayat-ayat Qur'an menjadi Mushaf. Mengingat dahulu berserakan dalam dada
penghafal, bahkan ada yang di tulis di atas batu,padakain,tulang dan
sebagainya.
5. Faktor-Faktor Keberhasilan Abu Bakar Ash-Siddiq
Fakta
histories menunjukkan bahwa pemerintahan Abu Bakar banyak menuai keberhasilan,
baik keberhasilan internal maupun eksternal. pada sisi internal ia telah
berhasil meyelesaikan konflik antar umat Islam. Pada sisi lain ia berhasil
memperluas wilayah Islam sebagai wujud penyebarluasan ajaran Islam.keberhasilan
diantaranya dilatarbelakangi oleh faktor pembangunan pranata dibidang politik
dan pertahanan keamanan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap keterbukaannya,
yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat untuk
ikut berbicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan melalui forum
musyawarah sebagai lembaga legislative. Hal ini mendorong para tokok sahabat,
khususnya dan umat Islam umumnya, berpartisipasi aktif untuk melaksanakan
berbagai keputusan yang dibuat.
6. Rekonstruksi Pendidikan di Masa Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar
ash-Siddiq) dengan Pendidikan Kekinian
Dari sekian pemaparan
yang ada diatas, setidaknya ada dua prinsip nilai-nilai pendidikan islam;
1. kebebasan
berpendapat yang terwujud dalam musyawarah,
2.
Tuntutan ketaatan rakyat, mewujudkan keadilan, serta shalat sebagai intisari
takwa yang terwujud dalam pribadi beliau dengan sikap disiplin dan tegas.
Dengan melihat
kondisi pendidikan kita hari ini, khususnya pendidikan islam di Indonesia yang
semakin lama semakin jauh dari nilai-nilai keislaman, kiranya perlu untuk
mengambil dan menjalankan nilai-nilai yang ada pada masa Abu Bakar.Pada
konterks tertentu tidak lagi terjadi kesewenang-wenangan dari pemerintah atau
pelaksana pendidikan kepada masyarakat kecil, sehingga terwujudnya pranata
pendidikan yang dapat dinikmati oleh semua pihak. Sehingga orientasi pendidikan
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia berupa keuntungan materi
semata (komersialisasi pendidikan). Akan tetapi perlu diiringi dengan nilai
spiritual yang pada masa Abu Bakar adanya tuntutan ketaatan rakyat, mewujudkan
keadilan, serta shalat sebagai intisari takwa.
Sistem pembelajaran
yang ada di lembaga-lembaga pendidikan masih jauh dari harapan nilai-nilai
keislaman, pada konteks kedisiplinan, uswatun hasanah dari pendidik, serta
ketidak istiqomahan pola pendidikan kita.Jadi bukanlah hanya menyampaikan
materi pelajaran pada keonteks formal saja (dalam kelas), tanpa ikuti degan
sikap berupa tindakan keseharian pendidik kepada anak didik dalam kondisi
apapun.
C.
Hikmah
Ketika
Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., merasa ajalnya hampir tiba, beliau
memanggil putri tercintanya Ummul Mukminin Siti Aisyah r.a., dan berkata kepada
putri tercintanya itu dengan ucapan “wahai Aisyah, aku telah diserahi urusan
kaum mukminin dan tidak ada tersisa sedikit pun dari harta kaum muslimin di
tanganku, kami telah makan makanan yang sederhana dan yang keras-keras pada
perut kami, dan kami memakai pakaian yang sederhana dan kasar pada punggung
kami. Yang tersisa dari harta kaum muslimin adalah unta untuk mengairi ladang,
dan seorang pelayan (pembantu) rumah tangga, dan sehelai permadani yang usang.
Kalau aku wafat, kirimkan semua itu kepada Umar karena aku tidak ingin
menghadap Allah SwT padahal masih ada sedikit harta kaum muslimin d tanganku.
Subhanallah,
itulah Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq. Salah seorang sahabat Rasulullah yang
menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah Saw. Betapa indah dan agungnya
akhlak beliau. Sebelum wafat, beliau periksa terlebih dahulu apakah masih ada
yang tersisa harta umat yang diamanahi kepadanya. Ketika masih tersisa beliau
perintahkan putri tercintanya Ummul Mukminin Siti Aisyah r.a., jika beliau
wafat untuk diserahkan kepada Sayyidina Umar bin Khattab agar dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya demi kepentingan umat. Hal itu dilakukan,
karena beliau sangat khawatir jika wafat dan menghadap kepada Allah SwT,
ternyata di tangannya masih ada harta umat yang belum diserahkan kembali kepada
umat.
Itulah
mengapa Islam sangat berjaya pada masa itu, pemimpinnya tidak punya niatan
sedikit pun yang terbersit dalam hati mereka untuk memanfaatkan jabatan yang
diamanahi dalam rangka memperkaya diri sendiri, tidak ada usaha sedikit pun
untuk bertindak korupsi, yang salah dikatakan salah dan yang benar dikatakan benar.
Tidak berlaku dzholim terhadap rakyat yang dipimpinnya. Justru rakyat sangat
diperhatikan dengan penuh kasih sayang. Kebutuhan rakyat lebih didahulukan
dibandingkan dengan kebutuhan pribadi.Sangat kontras dengan apa yang terjadi
saat ini. Semua berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin. Mengumbar janji akan
memperhatikan nasib rakyatnya. namun itu semua hanyalah slogan semata. Janji
tinggallah janji, setelah memimpin semuanya terkena amnesia, lupa dengan janji
yang diutarakan dengan penuh semangat. Istilahnya, boro-boro mau menyerahkan
harta milik rakyat yang dipegangnya, kalau bisa sebanyak-banyaknya dikumpulkan
untuk dinikmati setelah lengser dari jabatannya. Tidak lagi memikirkan haram
atau halal, yang penting terabas dan dapat apa yang diinginkan. Maka korupsi,
kolusi dan manipulasi tumbuh subur dan sangat susah untuk diberantas karena
semuanya berpikir seperti itu. Rakyat dan segala macam kebutuhannya mungkin
berada diurutan yang buncit dalam skala prioritas mereka. Rakyat hanya
dijadikan komoditas politik saja. Berbeda dengan Sayyidina Abu Bakar
Ash-Shiddiq dan sahabat-sahabat Rasulullah Saw yang dengan tulus ikhlas
memimpin, segala pengorbanan diupayakan untuk kepentingan dan kebutuhan rakyat,
tidak boleh ada yang terdzholimi.
Namun,
tentunya kita tidak boleh berhenti untuk terus berharap kepada Allah SwT, agar
Allah SwT berkenan mengirimkan kepada kita seorang pemimpin yang adil seperti
para sahabat Rasulullah Saw, yang penuh dengan kasih sayang memperhatikan nasib
rakyatnya. Sampai-sampai mereka khawatir ada harta umat atau rakyat yang masih
mereka pegang tatkala ajal menjemput. Mereka khawatir Allah murka, mereka malu
menghadap Allah SwT dengan harta rakyat berada di tangan mereka. Wallaahu
a’lam.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Pada masa Abu Bakar menunjukkan garis besar
politik kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintahan. Didalamya terdapat prinsip
kebebasan berpendapat, tuntutan ketaatan rakyat, mewujudkan keadilan, dan
mendorong masyarakat berjihad, serta shalat sebagai intisari takwa.
Fakta histories menunjukkan bahwa
pemerintahan Abu Bakar banyak menuai keberhasilan, baik keberhasilan internal
maupun eksternal. pada
sisi internal ia telah berhasil meyelesaikan konflik antar umat Islam. Pada
sisi lain ia berhasil memperluas wilayah Islam sebagai wujud penyebarluasan
ajaran Islam.
keberhasilan diantaranya dilatarbelakangi
oleh faktor pembangunan pranata dibidang politik dan pertahanan keamanan.
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap keterbukaannya, yaitu memberikan
hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat untuk ikut berbicarakan
berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan melalui forum musyawarah
sebagai lembaga legislative. Hal ini mendorong para tokok sahabat, khususnya
dan umat Islam umumnya, berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai
keputusan yang dibuat.
Ada dua prinsip nilai-nilai pendidikan
islam; 1. kebebasan berpendapat yang terwujud dalam musyawarah, 2. Tuntutan
ketaatan rakyat, mewujudkan keadilan, serta shalat sebagai intisari takwa yang
terwujud dalam pribadi beliau dengan sikap disiplin dan tegas.
B.
Saran
Sungguh kehidupan saiyidina Abu Bakar
Al-Siddiq a r adalah penuh dengan ibarat, penuh dengan nasihat, penuh dengan
ajaran serta kenang-kenangan yang indah mulia. Selama dua tahun pemerintahannya
itu baginda telah berjaya menyusun tiang-tiang pokok dan kekuatan Islam
Namun,
tentunya kita tidak boleh berhenti untuk terus berharap kepada Allah SwT, agar
Allah SwT berkenan mengirimkan kepada kita seorang pemimpin yang adil seperti
para sahabat Rasulullah Saw, yang penuh dengan kasih sayang memperhatikan nasib
rakyatnya. Sampai-sampai mereka khawatir ada harta umat atau rakyat yang masih
mereka pegang tatkala ajal menjemput. Mereka khawatir Allah murka, mereka malu
menghadap Allah SwT dengan harta rakyat berada di tangan mereka. Wallaahu
a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar